Ribuan Warga Rebutan Grebek Syawal
Ribuan warga Yogyakarta memadati Alun-alun Keraton Yogyakarta untuk mengikuti Salat Ied yang dilanjutkan dengan tradisi Gerebeg Syawal. Dalam acara gerebeg yang digelar Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, para warga dengan sukacita berebut berbagai hasil bumi yang dibentuk menjadi gunungan raksasa.
Gerebeg Keraton dimulai pukul 10.00 WIB, sekitar tiga jam usai salat Ied. Meski demikian, para warga dan wisatawan mancanegara sudah memadati kompleks Alun-Alun sedari pagi. Tepat pukul 10, gerebeg mulai diarak keluar keraton oleh para prajurit dan abdi dalem keraton.
Gerebeg itu dibawa melalui para prajurit-prajurit keraton berseragam lengkap, menuju alun-alun, untuk kemudian dilanjutkan ke Masjid Gedhe Kauman. Sesampai di masjid, para warga secara spontan langsung merebut berbagai hasil bumi seperti palawija yang ditata secara menggunung. Dalam hitungan menit gunungan itu pun ludes. "Gerebeg Syawal memang menjadi tradisi perayaan Idul Fitri di Keraton Yogyakarta usai berakhirnya puasa". Gerebeg digelar sebagai peringatan dan doa suka cita pada Tuhan, juga pengharapan akan kebijaksanaan dan panjangnya umur raja yang bertahta di Keraton Yogyakarta "Gunungan ini adalah simbol manusia yang selalu ingat pada penciptanya dan selalu melakukan kebaikan demi kesejahteraan rakyat,” kata Mochsein.
Gerebeg Syawal ini merupakan satu dari tiga Gerebeg yang digelar Keraton dalam setahun. Selain Gerebeg Syawal, ada juga Gerebeg Maulud untuk peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW dan perayaan pasar rakyat Sekaten, dan Gerebeg Besar setiap perayaaan Idul Adha.Warga Yogya percaya hasil bumi yang diperoleh dari gunungan Gerebeg bisa memberikan berkah bagi mereka yang mendapatkannya.
Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2012/08/20/203424561/Ribuan-Warga-Rebutan-Gerebeg-Syawal
No Response to "Tradisi Masyarakat di Yogyakarta"
Posting Komentar